Jan 19, 2009

Akuntansi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia



Akhir-akhir ini kita sering mendengar ucapan pejabat yang mengatakan bahwa sumber daya manusia dan sumber daya alam adalah aset nasional. Analog dengan pernyataan itu dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia dalam suatu perusahaan adalah aset perusahaan yang bersangkutan. Gedung, Peralatan, dan sebagainya adalah aset perusahaan, yang masing-masing nilanya dapat ditemukan dalam neraca perusahaan. Hal ini akan menimbulkan pertanyaan, benarkah sumber daya manusia itu merupakan aset perusahaan ? kalau iya, mengapa nilainya tidak tercantum dalam neraca?

Status aset bagi sumber daya manusia didasarkan atas konsep ilmu ekonomi yang menggolongkan sumber daya manusia sebagai salah satu faktor produksi yang mempunyai potensi yang memberikan manfaat atas keuntungan dimasa yang akan datang. Namun, dari sisi akuntansi, sumber daya manusia bukanlah aset perusahaan. Menurut prinsip akuntansi, status aset bagi harta baru diberikan jika harta tersebut milik perusahaan.

Walau tenaga kerja yang dipekerjakan bukan milik perusahaan yang bersangkutan, tetapi perusahaan yang bersangkutan mempunyai rasa memiliki. Buktinya, Personel pada perusahaan tersebut dibina, dilatih, dan ditingkatkan kualitasnya dengan penyediaan biaya yang cukup besar. Tak heran jika pada suatu ketika, tiba-tiba suatu pegawai yang sudah dibina dan dilatih itu pindah keperusahaan yang lain, perusahaan yang bersangkutan merasa kehilangan, malah merasa hak miliknya dirampas atau dibajak oleh orang lain. Dari sinilah timbul istilah yang sangat populer " PEMBAJAK" Personal perbankan oleh bank yang baru tumbuh.

Berikan Komentar anda tentang " pegawai/karyawan adalah aset perusahaan yang bersangkutan " Benarkah Pernyataan tersebut....?




Jan 16, 2009

Dapat Eksis Dalam Dunia Usaha



Berubah atau diubah?

Dua kata yang harus perusahaan pilih agar
tetap dapat eksis dalam dunia usaha yang dari waktu ke waktu intensitas persaingannya semakin kuat dan mengglobal. Di lain pihak, kemajuan teknologi sebagai faktor pendorong perubahan telah membuat posisi pelanggan menjadi semakin penting, karena mereka dengan sangat mudah dan cepat dapat memiliki segudang informasi produk, baik barang maupun jasa. Produk inovatif yang berkualitas, harga terjangkau, dan disertai pelayanan sudah menjadi sesuatu yang standar jika ingin dilirik oleh pelanggan. Salah satu strategi penting buat perusahaan adalah bagaimana membuat pelayanan yang diberikan berbeda dan lebih bernilai dibanding pelayanan kompetitor, sehingga pelanggan akan memilih produk perusahaan. Hal itu dapat dilakukan melalui penerapan budaya pelayanan prima (service excellence) secara menyeluruh di semua lini perusahaan tanpa terkecuali. Untuk mengelola budaya pelayanan prima secara efektif di perusahaan diperlukan beberapa syarat atau kondisi yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Terpenuhinya Kebutuhan Dasar Karyawan
2. Pemahaman yang Baik dan Membangun Komitmen
3. Dimulai dari Top Management
4. Semangat Perbaikan yang Berkesinambungan (Continuous Improvement)

Membangun budaya pelayanan prima di perusahaan adalah sebuah proses perubahan. Perubahan itu sangat mungkin dilakukan dan perubahan harus disadari. Perubahan itu membutuhkan komitmen setiap individu di dalam perusahaan. Perubahan juga memerlukan waktu dan pengorbanan.




Jan 10, 2009

PELAYANAN PRIMA (SERVICE EXCELLENCE)




Pelayanan adalah proses membantu orang lain dengan cara-cara tertentu dimana sensitivitas dan kemampuan interpersonal dibutuhkan untuk menciptakan kepuasan dan loyalitas yang ditentukan oleh keakraban, kehangatan, penghargaan, kedermawanan, dan kejujuran yang dilakukan oleh penyedia jasa. Sebuah budaya yang kuat, yang mewarnai sifat hubungan perusahaan dengan pelanggannya merupakan identitas yang sangat baik dalam memenangkan perhatian pelanggan pengguna produk.

Budaya dibentuk dari kumpulan sikap setiap karyawan dan manajemen dari suatu perusahaan. Bila setiap orang yang bekerja di perusahaan itu mengutamakan kepuasan pelanggan, tanpa mengabaikan citra perusahaan yang bersangkutan, maka secara kolektif akan tampil sebuah lembaga dengan budaya yang mengutamakan kepuasan pelanggan, dan akan maju karenanya. Apa yang bisa membuat pelayanan menjadi spesial? Berikut adalah hal-hal yang bisa membuat pelayanan menjadi spesial yang diambil dari akronim SERVICE.
1. Smile for everyone, senyum adalah simbol universal dari keramahtamahan.
2. Eye contact that shows we care, kontak mata akan memperlihatkan ketulusan dan ketertarikan kita kepada pelanggan.
3. Reaching out to everyone with hospitality, berinteraksi dengan keramahtamahan akan membantu mengembangkan repeat business.
4. Viewing each customer as special, perlakukan setiap pelanggan sebagai tamu yang diundang ke rumah, sehingga pelanggan akan merasakan suatu nilai dari setiap rupiah yang dikeluarkannya.
5. Inviting customer to return with a sincere, kata magis yang kita berikan akan mendorong pelanggan untuk kembali dan menyampaikan kepada orang-orang terdekat tentang keramahtamahan perusahaan.
6. Creating a warm atmosphere of hospitality, kepedulian kepada pelanggan akan menimbulkan suasana yang hangat dan nayaman.
7. Excellence in everything we do, mempertahankan sikap ini merupakan asset untuk mengembangkan sikap profesional.

Keuntungan penerapan budaya pelayanan prima bagi perusahaan di antaranya adalah pelanggan mampu membedakan pelayanan perusahaan dengan kompetitor, meningkatkan produktivitas, menghargai loyalitas pelanggan, menciptakan promosi dari mulut ke mulut dan mengedepankan win-win solution dalam menangani semua masalah. Untuk menjaga kesinambungan budaya pelayanan prima diperlukan perhatian dari setiap individu terhadap kemampuan berkomunikasi yang baik, memiliki kompetensi yang diperlukan, memberikan respon yang cepat, aksesibilitas yang mudah, integritas, konsistensi, dan sopan santun.




Jan 9, 2009

MANAJEMEN PERUBAHAN



Tidak ada kata lain dalam ilmu manajemen atau praktek bisnis yang begitu magis dan misterius selain kata change (perubahan). Ia bahkan dianggap sebagai sesuatu yang paling abadi di atas dunia ini. Seperti badai tsunami, ia mempunyai kekuatan menghancurkan yang luar biasa. Setelah itu, hal-hal yang dimunculkannya tampak begitu aneh. Sering kita menolaknya, bahkan melawannya. Tapi hal yang baru itu bukannya binasa, melainkan tumbuh semakin besar.

Demikian pula perubahan di bidang bisnis, perusahaan yang masih resisten atau tidak mampu beradaptasi dengan perubahan, cepat atau lambat pasti akan tergusur dari percaturan kompetisi. Untuk dapat bertahan dalam kompetisi itu, perusahaan harus peka terhadap perubahan, baik di lingkungan eksternal maupun internalnya.
Ada beberapa karakteristik perubahan yang patut diantisipasi, yaitu:

Pertama, ia begitu misterius karena tak mudah dipegang. Bahkan yang sudah digenggampun dapat pergi ke tempat lain tanpa berpamitan. Ia bahkan dapat memukul balik seakan tak kenal budi.

Kedua, perubahan memerlukan change maker(s). Rata-rata pemimpin yang menciptakan perubahan tidak bekerja sendiri, tetapi ia mmemiliki keberanian yang luar biasa. Bahkan sebagian besar pemimpin perubahan gugur di usia perjuangannya.

Ketiga, tidak semua orang bisa diajak melihat perubahan. Sebagian besar orang bahkan hanya melihat realitas tanpa kemampuan melihat masa depan. Sehingga persoalan besar perubahan adalah mengajak orang untuk melihat dan mempercayai apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Keempat, perubahan terjadi setiap saat, karena itu perubahan harus diciptakan setiap saat pula, bukan sekali-sekali. Setiap satu perubahan kecil dilakukan oleh seseorang, maka akan terjadi perubahan-perubahan lainnya.

Kelima, ada sisi keras dan sisi lembut dari perubahan. Sisi keras menyangkut uang dan teknologi, sedang sisi lembut menyangkut manusia dan organisasi. Sebagian besar pemimpin hanya fokus pada sisi keras, padahal keberhasilan sangat ditentukan oleh sisi lembut tadi.

Keenam, perubahan membutuhkan waktu, biaya, dan kekuatan. Untuk menaklukkannya perlu kematangan berpikir, kepribadian yang teguh, konsep yang jelas dan sistematis, dilakukan secara bertahap, dan dukungan yang luas.

Ketujuh, perubahan membutuhkan upaya-upaya khusus untuk menyentuh nilai-nilai dasar organisasi (corporate culture). Tanpa menyentuh nilai-nilai dasar tersebut, perubahan tidak akan mengubah perilaku dan kebiasaan.

Kedelapan, perubahan banyak diwarnai oleh mitos-mitos. Salah satu mitos itu mengatakan bahwa perubahan akan selalu membawa kemajuan atau perbaikan secara instan. Seperti pasien yang sakit, perubahan berarti menelan pil pahit atau bahkan amputasi, yang artinya perlu pengorbanan.

Kesembilan, perubahan menimbulkan ekspektasi, dan karenanya ekspektasi dapat menimbulkan getaran-getaran emosi serta harapan-harapan yang bisa menimbulkan kekecewaan. Sehingga manajemen perubahan harus diimbangi dengan manajemen harapan agar para pengikut dan pendukung perubahan dapat terus membakar energi untuk terlibat dalam proses perubahan itu, walaupun tujuannya meleset atau masih memerlukan waktu untuk dicapai.

Kesepuluh, perubahan selalu menakutkan dan menimbulkan kepanikan. Namun demikian, dengan teknik komunikasi dan perilaku yang baik, perubahan dapat dikelola menjadi sebuah pesta. Sebuah pesta yang menyenangkan dan hangat, dapat menimbulkan efek kebersamaan.


Template by : kendhin x-template.blogspot.com